Hai semua!! Gue balik lagi bawa cerpen
lain nih. Kemarin temen-temen bilang cerpen-cerpen gue kepanjangan jadi
pada males bacanya. Ya karena gue hobi baca, menurut gue sih segitu mah
masih kurang panjang. Tapi gue hargain kritik mereka. Jadi sekarang gue
bikin cerpen yang mungkin rada lebih pendek. Langsung aja...
*****
Angin semilir berhembus menerpa
wajahku. Melalui jendela yang sengaja tidak ku tutup. Sedikit demi sedikit,
hujan mulai turun membasahi bumi. Alam seakan mengerti apa yang kurasakan saat
ini. Ya, aku sedang bersedih. Menyesali perbuatanku dulu. Perbuatan yang
membuatku selalu merasa bersalah.
Namaku Rara.
Aku berusia 14 tahun. Sudah 4 tahun berlalu sejak kejadian tersebut. Kejadian
yang menyebabkan aku selalu merasa bersalah. Kejadian yang menjadikan aku
seorang pemurung. Kejadian yang membuatku selalu melihat ke belakang. Pelahan
air mataku menetes membasahi pipiku. Mengingat kejadian yang aku harap tidak
pernah terjadi. Ku pandangi halaman demi halaman buku yang ada di genggamanku.
Membaca setiap kata yang tertulis disana. Memutar kembali memori 4 tahun yang
lalu.
FLASHBACK ON
Aku hanya anak berumur 10 tahun yang belum mengerti banyak hal. Yang
belum memiliki banyak pengalaman hidup. Yang masih mudah terpengaruh oleh
lingkungan sekitarku. Ayahku merupakan pemilik perusahan swasta yang cukup
besar di Indonesia. Aku memang beruntung. Tidak seperti temanku, Aya. Dia
terlahir di keluarga yang pas-pasan. Aku tidak begitu senang dengannya. Aku
selalu menjelek-jelekkannya walaupun dia selalu saja memperhatikanku dan selalu
berusaha untuk berteman denganku.
“Rara udah
makan belum? Kalau belum makan sama aku yuk! Aku bawa nasi goreng nih. Rara
mau?” Tawar Aya menghampiriku. Dia membuka kotak bekalnya. Aku hanya
memandangnya sinis.
“Maaf ya Ya,
tapi aku gak biasa makan makanan murahan kayak gitu. Aku juga bawa pizza kok
buat bekel. Aku mau makan sama Ghina aja deh.” Kataku lalu pergi meninggalkan
Aya yang terlihat sedih. Walaupun begitu, Aya tetap tersenyum kepadaku.
Saat pulang,
aku melihat banyak orang yang sedang mengangkut barang-barang di rumahku.
Disana juga terlihat Mama yang sedang menangis dan Papa yang menenangkannya.
Aku hanya menatap bingung dan berjalan mendekati Mama dan Papa dan memberanikan
diri untuk bertanya.
“Ma, Pa, ada
apa? Kenapa banyak orang yang ngangkut barang-barang kita?” Tanyaku. Mama dan
Papa memandangku sedih.
“Kita udah
gak punya uang lagi sayang. Papa bangkrut dan rumah kita disita. Terpaksa, kita
harus pindah ya sayang.” Kata Papa sambil mengelus kepalaku lembut.
Mendengarnya, aku merasa sangat sedih. Papa bangkrut? Apa sekarang aku harus
hidup sederhana seperti Aya?
Aku hanya
bisa menangis saat melihat barang-barangku dikeluarkan satu per
satu. Mama dan Papa mengajakku ke rumah yang akan kami tempati sekarang. Sebuah
kontrakan senderhanya yang jelas sangat jauh berbeda dengan rumah lama kami
yang megah. Aku hanya mencoba tegar menghadapi semuanya.
Esoknya, aku
berangkat sekolah dengan berjalan kak diitemani dengan mendungnya langit. Jarak
rumah baruku dengan sekolah tidak terlalu jauh. Ku langkahkan kaki memasuki
kelasku. Semua sahabatku memandangku dengan sinis.
“Ih,
sekarang Rara jadi orang miskin kayak Aya. Gak pantes temenan sama kita-kita.”
Ujar Ghina. Hatiku serasa dihunjam ribuan tombak mendengarnya.
“Iya,
berarti gak bisa lagi main sama kita-kita. Sekarang Rara sekeluarga kan jatuh
miskin hahaha…” Killa menambahkan. Aku mulai menangis. Seperti inikah yang
dirasakan Aya saat aku mengejeknya? Sakit. Sangat sakit mendengar orang yang
kita anggap sahabat mengatakan hal-hal seperti itu pada kita.
“Hahaha…
maaf ya Ra, tapi kita gak bisa temenan lagi sama kamu. Kita gak pantes temenan
sama orang miskin kayak kamu!!” Kata Yani. Cukup sudah, pertahananku runtuh.
Aku berlari keluar sekolah dan berhenti di tengah jalan yang cukup ramai.
“KENAPA
HARUS AKU YANG MENGALAMI INI?? KENAPA?!” Teriakku sambil menangis. Seketika
hujan turun dengan deras. Di tengah suara deru hujan, kudengar Aya memanggilku.
“Rara,
ngapain kamu disitu? Ayo sini nanti kamu bisa celaka!” Panggil Aya dari tepi
jalan.
“Gak! Aku
gak mau! Kenapa harus keluargaku yang jatuh miskin? Kenapa?” Jawabku masih
menangis. Dari arah kanan, kulihat ada semuah mobil yang melaju dengan
kecepatan tinggi. Aku memejamkan mataku. Apa ini akhir hidupku? Apa ini waktuku
untuk pergi?
Tiba-tiba, aku merasa ada yang
mendorongku dari belakang. Aku terjatuh di tepi jalan. Kubuka mata, dan yang
kulihat adalah tubuh Aya yang tergeletak bersimbah darah di tengah jalan. Mobil
tadi sudah pergi entah kemana. Ku hampiri Aya dan menangis.
“Aya, maafin
aku yang selalu jahat sama kamu. Yang selalu ngatain kamu. Maaf Ya, aku
bener-bener menyesal.” Kataku disela-sela tangisku.
“Aku udah
maafin Rara kok. Kar… na aku u… dah nganggep Rara sa… habat aku.” Jawab Aya
sebelum akhirnya dia pergi untuk selamanya. Aku menangis diiringi hujan yang
mengguyur bumi dengan derasnya. Aya pergi? Seorang sahabat yang tak kuanggap
keberadaannya telah pergi? Mengapa kau ambil dia Tuhan?
FLASHBACK OFF
Kuhapus air mata yang mengalir di pipiku. Teringat pesan Aya yang
terdapat di halaman terakhir buku hariannya. ‘Aku janji akan buat Rara senang.
Aku gak akan biarin Rara nangis. Karena Rara udah kuanggap seorang sahabat’.
Itulah kata-kata yang tertulis di halaman terakhir buku yang kupegang. Ya, buku
itu adalah buku harian Aya. Buku yang diberikan oleh Bunda Aya setelah
pemakaman Aya selesai.
Aku sangat
menyesal atas kejadian itu. Andai saja aku bisa mengulang waktu, aku akan
mencegah kejadian tersebut. Tak akan pernah aku menjelek-jelekkan Aya. Aku akan
sangat beruntung memiliki sahabat seperti Aya. Tapi waktu tak bisa diulang
kembali. Sahabatku telah pergi. Pergi untuk selamanya. Menyisakan sejuta
penyesalan di dalam benakku. Walau kau telah tiada, segala yang kau lakukan
untukku tak akan aku lupakan Aya.
TAMAT
*****
Gimana menurut kalian?
Maaf ya kalau gaje, kependekan atau sebagainya. Maaf juga ya kalau
banyak typo-nya. Kemarin pada komentar kalau kebanyakan typo. Ya udah
lah maafkan aja kalau ada kekurangan dalam cerpen ini. Cerpen ini juga
100% karangan. Jadi kalau ada kesamaan nama, cerita, dan kejadian, itu
gak sengaja (Kayak di sinetron aja). Segini dulu deh. Sampai ketemu di
postingan selanjutnya :).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar